Eksplorasi Tanpa Definisi | Runtahgila

Sombong

Cerminan Hati dan Perilaku, Tips sederhana untuk menjinakkan ego dan menjauhkan diri dari sifat sombong, hikmah untuk hidup yang lebih rendah hati.

Manakala kalbu seseorang merasa sombong, maka takaburlah pemiliknya, dan demikian pula sebaliknya. Allah itu tidak suka hatinya orang yang sombong. Orang menjadi sombong karena hatinya sombong, jika hatinya sombong itu pasti membentuk fisik atau perilaku yang sombong. Jika orang itu hatinya sombong, maka perilaku fisiknya juga sombong. Jika perilaku fisiknya sombong, itu karena hatinya sombong.


Ketika mendengar Gus Baha berbicara tentang sifat manusia, ada satu kalimat yang terasa menohok, menggugah kesadaran yang selama ini tertidur. Beliau berbicara dengan tenang, namun penuh makna. Seolah menyingkap tabir hati manusia yang sering kali dibiarkan gelap tanpa cahaya perenungan. Dalam salah satu ceramahnya, beliau mengingatkan bagaimana hati yang sombong adalah sumber dari semua kesombongan yang tampak di permukaan. Kata-katanya menyiratkan betapa rapuhnya manusia saat terlena dalam kebanggaan palsu yang bersumber dari dalam diri.

Cerminan Hati dan Perilaku

Sombong adalah salah satu sifat yang diam-diam merusak, perlahan tetapi pasti. Ia bermula dari sebuah rasa dalam hati, yang kemudian menjalar menjadi perilaku. Dalam perspektif manusia, sombong seringkali tak tampak pada pandangan pertama. Namun, seiring waktu, sifat ini memanifestasikan dirinya melalui tindakan, kata-kata, bahkan gestur yang tidak terucap. Kesombongan itu bak akar pohon liar yang menembus tanah tanpa izin, menghancurkan struktur di bawah permukaan sebelum akhirnya meruntuhkan yang ada di atasnya.

Bayangkan sebuah danau yang tenang. Airnya jernih, memantulkan langit dan awan di atasnya. Namun, ketika sebutir pasir jatuh dan mulai berputar di dasar, kekeruhan perlahan menyebar. Hati manusia adalah danau itu. Ketika kesombongan muncul di dalam hati, ia adalah butir pasir yang memulai keruhnya kejernihan. Tidak peduli seberapa kecil, kekeruhan itu lambat laun menguasai keseluruhan.

Sumber Dari Dalam Menuju Luar

Dalam pandangan Islam, hati adalah pusat segalanya. Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh menjadi baik; dan jika ia rusak, maka seluruh tubuh menjadi rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” Kesombongan bukanlah hal yang lahir tiba-tiba. Ia bermula dari dalam hati, menjalar ke pikiran, lalu mewujud dalam perbuatan. Hati yang sombong akan melahirkan perilaku sombong, sebagaimana air yang tercemar akan menghasilkan kehidupan yang tidak sehat di sekelilingnya.

Manusia sombong karena hatinya terlebih dahulu terjangkit. Ini adalah hukum sebab-akibat yang sederhana namun sering diabaikan. Ketika seseorang mulai merasa lebih tinggi, lebih hebat, atau lebih layak dibandingkan yang lain, itu adalah pertanda awal. Hati, dalam kebisuannya, mulai memupuk bibit itu. Perlahan tapi pasti, kesombongan itu akan menemukan jalannya keluar, menguasai ekspresi dan tindakan.

Kaca Pembesar Ego

Kesombongan adalah bentuk lain dari ketidakmampuan seseorang melihat dirinya dalam skala yang sebenarnya. Ia seperti kaca pembesar bagi ego. Apa yang kecil tampak besar, apa yang biasa terlihat luar biasa. Kesombongan memutarbalikkan perspektif. Orang sombong tidak melihat dirinya sebagaimana ia sesungguhnya, tetapi sebagaimana ia ingin dipandang oleh orang lain. Ironisnya, semakin ia ingin dihormati, semakin ia kehilangan rasa hormat dari orang-orang di sekitarnya.

Misalnya, seseorang yang memamerkan kekayaan kepada teman-temannya. Ia merasa bahwa dengan menunjukkan apa yang ia miliki, ia akan mendapat pujian. Namun, dalam kenyataan, ia justru menciptakan jarak. Orang mulai melihatnya sebagai sosok yang arogan, bukan sebagai teman sejati. Kesombongan telah membuatnya buta terhadap bagaimana ia benar-benar dipandang oleh dunia.

Di Kehidupan Sosial

Kesombongan tidak pernah menjadi sifat yang berdiri sendiri. Ia selalu membawa dampak domino bagi kehidupan sosial seseorang. Dalam masyarakat, orang sombong cenderung menciptakan konflik. Mereka sulit menerima kritik, selalu ingin didengar tetapi enggan mendengar, dan sering memandang rendah orang lain. Akibatnya, mereka kehilangan simpati dan empati dari orang-orang di sekitar mereka.

Lebih dari itu, kesombongan adalah penghalang terbesar bagi pertumbuhan. Orang sombong tidak pernah merasa perlu belajar, karena mereka menganggap dirinya sudah tahu segalanya. Mereka tidak pernah merasa perlu memperbaiki diri, karena mereka merasa sudah sempurna. Dalam hal ini, kesombongan bukan hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga menghentikan perjalanan seseorang menuju kesempurnaan diri.

Sebuah Peringatan

Dalam Al-Quran, Allah berfirman, “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Isra: 37). Firman ini adalah pengingat bagi manusia akan keterbatasannya. Tidak ada alasan untuk sombong, karena tidak ada satu pun yang kita miliki di dunia ini adalah milik kita secara mutlak. Semuanya adalah titipan, dan setiap titipan akan diminta pertanggungjawabannya.

Orang yang sombong adalah orang yang lupa akan asal-usulnya. Ia lupa bahwa ia hanyalah makhluk yang diciptakan dari setetes air hina, yang tidak memiliki kuasa apa-apa tanpa izin Allah. Kesombongan adalah bentuk pengingkaran terhadap hakikat manusia sebagai makhluk yang lemah di hadapan Sang Pencipta.

Jalan Meninggalkan Kesombongan

Kesombongan hanya bisa diatasi dengan menyadari hakikat diri. Sebagaimana penyakit membutuhkan obat, hati yang sombong membutuhkan terapi. Terapi itu adalah kerendahan hati. Orang yang rendah hati tidak merasa lebih baik dari orang lain, tetapi juga tidak merasa lebih buruk. Mereka melihat diri mereka sebagai manusia biasa, dengan segala kelebihan dan kekurangan.

Kerendahan hati adalah kemampuan untuk melihat dunia sebagaimana adanya, bukan sebagaimana kita ingin melihatnya. Ia adalah kekuatan untuk menerima kenyataan, menghargai orang lain, dan memahami bahwa setiap orang memiliki peran yang sama pentingnya di dunia ini.

Jika hati adalah danau, maka kerendahan hati adalah air jernih yang memulihkan kekeruhan. Dengan kerendahan hati, kita tidak hanya menyelamatkan diri dari kesombongan, tetapi juga menciptakan harmoni dalam hubungan kita dengan orang lain, dan yang terpenting, dengan Allah.

7 Langkah Menjinakkan Sombong

1. Cermin Retak di Sudut Ruang

Bangun pagi, tatap cermin dengan sisa mimpi yang masih melekat di kelopak mata. Lihat diri sendiri sebagai manusia yang compang-camping di antara miliaran lainnya. Ingat, setiap orang punya versi kisah luka dan kebahagiaan. Apa yang membuatmu lebih istimewa dari yang lainnya? Tak ada. Cermin itu retak karena kesadaran bahwa kita cuma serpihan kecil di samudera luas.

2. Rasa Syukur yang Tidak Riuh

Syukur itu seperti detak jantung, diam-diam tapi pasti. Jangan teriakkan kehebatanmu kepada dunia, cukup bisikkan kepada Tuhan, "Terima kasih atas hari ini." Ketika syukur menjadi pertunjukan, ia berubah menjadi selimut kesombongan.

3. Baca Buku yang Menghancurkanmu

Pilihlah buku yang membuatmu merasa bodoh, buku tentang alam semesta, sejarah manusia, atau apa saja yang membuka matamu bahwa dunia tidak berputar di sekitarmu. Bacaan semacam ini akan menampar keras egomu dan membuatmu sadar bahwa kamu hanyalah debu di antara bintang-bintang.

4. Makan Sendiri di Pinggir Jalan

Pergilah ke warung sederhana, makan di sana tanpa pamer apa-apa. Rasakan nikmatnya kesederhanaan, bagaimana nasi hangat dan tempe goreng bisa membuatmu merasa lebih hidup daripada ribuan "like" di media sosial.

5. Berjalan Tanpa Jejak

Bantu seseorang tanpa mengharapkan terima kasih atau pengakuan. Lakukan kebaikan yang tak meninggalkan jejak, seperti angin yang menyapu dedaunan, hadir tapi tak terlihat. Dengan begitu, kau belajar bahwa hidup bukan tentang apa yang orang lain lihat darimu.

6. Belajar dari Kesalahan Anak Kecil

Perhatikan anak-anak yang jatuh saat belajar berjalan. Mereka tidak malu, tidak merasa rendah diri, hanya mencoba lagi dengan tawa. Jadilah seperti mereka, seseorang yang tidak takut terlihat bodoh karena kesalahan adalah bagian dari menjadi manusia.

7. Ziarah ke Kuburan

Tempat ini adalah pelajaran paling jujur tentang keadilan semesta. Semua akan berakhir di sini, tak peduli seberapa hebat pencapaian atau seberapa kaya hartamu. Duduklah di sana sejenak, hirup aroma tanah basah, dan ingat: suatu hari nanti, kamu akan jadi bagian darinya. Apa gunanya sombong?

Sombong itu seperti menaruh mahkota di kepala patung. Indah dari jauh, tapi kosong dari dekat. Biarkan setiap langkahmu menjadi pelajaran, setiap tarikan nafas menjadi pengingat bahwa kita semua cuma sementara, menunggu giliran menuju yang kekal.
Serpihan acak merayap di batas logika dan absurditas, paradoks pencatat kata, menggugat batas nalar dan rasa, eksplorasi tanpa definisi. Tanpa janji bahagia, juga bukan putus asa. Tak perlu jawaban, …

Post a Comment

runtahgila Welcome to WhatsApp
Howdy ?
Type here...