Dalam keheningan mula-mula, sebelum langit menaungi dan bumi menopang, ada sebentuk ruang yang belum bernama. Dari kehampaan itu, bumi tercipta, terhampar tanpa batasan, seolah siap menerima segala bentuk yang akan mengisinya. Ia terdiam dalam ketiadaan, seperti sehelai kain yang tak ternoda, menunggu detak pertama kehidupan yang belum dikenal. Lalu langit, mengembang dari rahim keabadian, menjangkau ruang yang tinggi, menjelma lengkung luas yang akan menjadi atap bagi alam semesta.
Langit dan bumi dalam kedekatan awalnya saling berpaut, tak terpisahkan, seolah keduanya hanya satu bentuk yang terhampar dalam keheningan purba. Dalam kerapatan itu, hadir hembusan yang pertama: angin, ditiupkan dengan kehendak yang suci, menjadi penengah di antara keduanya. Ia bergerak dengan kelembutan, berputar di sela-sela bayangan dan cahaya, memisahkan bumi dari langit dengan lambaian yang tak terlihat namun pasti. Angin itu bukan sekadar nafas, melainkan irama yang hidup, memisahkan tanpa merenggangkan, menautkan tanpa mencampur.
Angin yang hadir bukan hanya sebagai pemisah fisik. Ia menjadi napas yang menyelaraskan ritme keduanya, menjaga agar bumi dan langit tetap dekat tanpa melebur, tetap berjarak tanpa terasing. Angin menjadi penari di antara mereka, mengisi kekosongan yang dihadirkan oleh pemisahan, mencipta ruang di mana segala yang ada dapat lahir dan berdiam. Di antara kelembutan hembusannya, tersimpan keseimbangan yang tak pernah usang, yang menjadi tiang bagi alam untuk berdiri di tengah antara atas dan bawah, terang dan gelap.
Angin tak sekadar membagi langit dan bumi, ia membawa keheningan, merentangkan batas-batas halus yang tak pernah kita lihat namun selalu kita rasakan. Ia adalah penjaga jarak, namun tak pernah menjadi pemisah yang mutlak. Di bawah langit dan di atas bumi, angin adalah jembatan yang tak kasatmata, yang menghubungkan dua hal yang berbeda namun berasal dari kehendak yang sama. Langit dan bumi saling mengenali melalui hembusan itu, menyadari bahwa mereka adalah bagian dari satu kehendak yang agung, yang tak terukur oleh ruang atau waktu.
Dalam tiap alirannya, angin berbisik tentang kebersamaan yang tersembunyi di balik jarak, tentang kesatuan yang dirajut oleh perbedaan. Ia menyejukkan bumi, membisikkan cerita tentang langit. Ia mengusap langit, mengingatkannya akan kekuatan bumi. Angin adalah kehadiran yang tak bernama, namun terasa. Dalam pelukannya yang tak berhingga, langit dan bumi belajar untuk hidup berdampingan, menjaga jarak mereka tanpa pernah benar-benar terpisah.
Di balik keheningan yang tercipta oleh pemisahan itu, ada kerinduan yang tak pernah usai, sebuah pencarian tanpa akhir. Bumi mendongak kepada langit, mencari naungan, sementara langit memandang ke bawah, ingin mendekap yang terhampar. Namun angin, ditugaskan menjaga mereka tetap seimbang dalam perbedaan, membisikkan bahwa pemisahan bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah harmoni yang tak terucapkan.
Angin tidak sekedar memisahkan, namun menghidupkan. Dalam tiap putarannya, ia menyisipkan denyut kehidupan di antara langit yang luas dan bumi yang terhampar. Ia menjadi perantara yang membawa nafas baru ke segala penjuru, menghubungkan keduanya tanpa membiarkan satupun mendominasi. Angin bukan sekadar udara yang berhembus, ia adalah tanda bahwa bumi dan langit, meskipun terpisah, memiliki ruh yang sama. Hembusannya membawa pesan-pesan sunyi, menyebarkan rahasia penciptaan yang dihembuskan kepada semesta, bahwa pemisahan hanya menjadi awal dari penciptaan yang tak terhingga, sebuah persatuan yang menyebar ke segala arah, tanpa pernah kehilangan keseimbangan.
Ketika kita berdiri di bawah langit, merasakan hembusan angin yang menyentuh kulit, kita sedang merasakan gema dari kisah purba ini. Dalam tiap desir, angin membawa kita kembali pada asal, pada detik-detik awal ketika pemisahan terjadi, ketika kehendak yang agung menciptakan jarak yang kudus antara atas dan bawah. Ia mengajak kita untuk mendengar bisikan-bisikan halus tentang asal-usul kita, tentang harmoni yang membentuk segala yang ada, dan tentang kehadiran yang menghubungkan tanpa mengikat, yang menjaga agar setiap bagian tetap utuh dalam keragamannya. Angin adalah tanda yang hidup, saksi yang tak tampak namun selalu hadir, mengingatkan kita akan jalinan yang abadi di antara langit dan bumi.
Baca Juga : Eksplorasi Tanpa Definisi
