Kabut menyelimut pagi
Matahari terbenam di ujung gelisah
Rintik hujan seperti tangis langit
Tanah basah menunggu pijak kaki
Batu-batu licin bertebaran
Jalan setapak tak berujung
Kupu-kupu tak henti mengepak sayap
Daun-daun berguguran tanpa nada
Suara angin memeluk pepohonan tua
Samar-samar gema nada asing
Lentera redup menyala di tikungan
Malam merayap, siang tertunda
Jejak-jejak kabur dalam debu jalan
Langkah terseok melawan arus bayang
Ragu menggigit bibir perenungan
Bingung, takdir bersembunyi di kelopak mata
Hingga fajar mengintip di celah bukit
Bunga liar merekah di balik duri
Dan semua kebingungan menjadi hujan
Mengalir, membasuh peta jalan
Pencerahan, seberkas cahaya kelana
Menari di balik lelahnya waktu
Berbisik di telinga sunyi semesta
Bahwa setiap hilang adalah penemuan
Langkah Awan Bingung
Serpihan acak merayap di batas logika dan absurditas, paradoks pencatat kata, menggugat batas nalar dan rasa, eksplorasi tanpa definisi. Tanpa janji bahagia, juga bukan putus asa. Tak perlu jawaban, …
