Eksplorasi Tanpa Definisi | Runtahgila

Menggigil dalam Diam



Tak ada langit di sela reranting ini

Hanya hijau menggigil dalam diam

menerima embun tanpa memohon

menyerap gelap tanpa perlawanan


Di pucuknya, tak ada ambisi

Hanya lipatan doa, 

yang tak dibisikkan


Gerigi halus di tepi tubuhnya

tak pernah mencakar, 

hanya mencatat jejak waktu 

yang ditumpahkan pada batu


Di pucuknya, tak ada ambisi

Hanya lipatan doa, 

yang tak dibisikkan


bukan besi, bukan duri

tak patah meski diinjak musim

bukan tempat tinggal cahaya

melainkan penyimpan sunyi


Di pucuknya, tak ada ambisi

Hanya lipatan doa, 

yang tak dibisikkan


yang tak pernah ditanya

dan tak ingin dijawab


Di tanah yang jarang disentuh matahari, tumbuh sesuatu yang tidak punya niat untuk pergi. Ia tidak melawan. Ia tidak menunggu. Ia hanya ada. Setiap lembar tubuhnya seperti mengingat sesuatu yang belum pernah terjadi. Hijaunya bukan tanda hidup, melainkan bukti diam. Tidak harum, tidak menusuk, tidak pula ingin dikenal.

Batu lembap menjadi saksi. Air yang meresap tanpa suara menjadi pelindung. Tak ada yang memanggilnya, tak ada yang menamainya, namun ia tetap tumbuh, meski tak pernah bertambah tinggi.

Daun-daunnya menjulur pelan, seperti tangan yang lupa cara menggenggam. Di sekitarnya, dunia bising berlalu. Asap, logam, jeritan, dan layar-layar yang tak bisa berhenti menatap dirinya sendiri. Tapi di tempat itu, dalam sunyi yang tidak meminta apapun, ia tetap membentang, seperti doa yang tidak pernah selesai.

Dan bila suatu waktu cahaya datang menembus, ia tidak menyambut. Hanya membiarkannya pergi, seperti segala yang datang hanya untuk menghilang.




Serpihan acak merayap di batas logika dan absurditas, paradoks pencatat kata, menggugat batas nalar dan rasa, eksplorasi tanpa definisi. Tanpa janji bahagia, juga bukan putus asa. Tak perlu jawaban, …

Post a Comment

runtahgila Welcome to WhatsApp
Howdy ?
Type here...