Malam selalu menyimpan pertanyaan yang tak kunjung selesai. Bulan, dengan cahaya yang dicuri dari matahari, mengapung di langit tanpa kesadaran akan jutaan pasang mata yang mengaguminya. Apakah bulan tahu bahwa ada yang menatapnya dengan tatapan yang terperangkap antara rasa kagum dan kehampaan? Apakah malam memahami bahwa di balik keheningannya ada kepala-kepala yang tak pernah lelah berpikir, menghitung bintang, atau sekadar mencari makna dari gelap yang tak berbatas?
Bulan menjadi saksi bagi yang terjaga, bukan karena rindu, bukan pula karena resah, tapi karena keinginan untuk memahami.Malam yang Tak Pernah Lelah Menghitung Langit menghamparkan tubuhnya, luas, tak bertepi Bulan menempel di sana, seperti noda yang tak bisa dihapus Diamnya seakan bicara, tapi tanpa suara, tanpa jeda Menyusun bisikan dalam bahasa cahaya, redup, setia Angin berputar dalam lingkaran yang tak beraturan Memeluk dedaunan yang tak pernah bertanya Mengusap permukaan tanah yang tak ingin menjawab Di kejauhan, lautan bergemuruh dengan rahasia yang sama Malam membentangkan waktunya, dingin, sabar Memantulkan sinar ke jendela yang separuh terbuka Menyelinap ke sudut ruangan yang lupa pada dirinya sendiri Membiarkan bayang-bayang menari tanpa irama Tak ada suara, hanya detak yang berulang Jemari menghitung bintang seperti menghitung kesalahan Mata menatap bulan seperti mencari alasan Mengapa cahaya harus selalu meminjam dari yang lain? Seandainya malam bisa merasa lelah, Akankah ia memilih tidur dalam gelapnya sendiri? Seandainya bulan bisa berbicara, Akankah ia meminta cahaya yang menjadi haknya kembali? Tapi langit tetap luas, Bulan tetap menggantung tanpa keluhan Dan malam, seperti biasa, Tak pernah lelah menghitung apa yang tak perlu dihitung.
Segala yang terhampar di langit bukan sekadar pemandangan, melainkan sebuah kesadaran yang terus berulang. Malam tidak mengenal lelah, sama seperti waktu yang terus berjalan tanpa memedulikan siapa yang menghitungnya. Bulan, meski bercahaya, tidak pernah benar-benar bersinar.
Cahaya yang dimilikinya hanyalah pinjaman, seperti banyak hal dalam kehidupan yang sering kali kita anggap milik sendiri, padahal sejatinya hanyalah pantulan dari sesuatu yang lebih besar. Bintang-bintang hadir, tapi bukan untuk dihitung.
Mereka tak peduli berapa banyak pasang mata yang mengamati, sebagaimana malam tidak peduli pada mereka yang terjaga, mencoba memahami, atau sekadar tenggelam dalam lamunan yang tak kunjung usai.
Malam tidak menunggu jawaban, karena malam sendiri adalah jawaban bagi mereka yang bertanya tanpa suara.