Ada aroma yang tidak pernah tiba di ruang tamu manusia, sebab ia meniti di langit-langit dada, mengawang seperti mitos yang ditenun dari seribu malam. Kasturi, ia terletak di antara kejadian-kejadian kecil, dalam embusan udara yang sempat mampir tanpa basa-basi, di sudut pekat malam yang sembunyi. Kehadirannya mengendap-endap, tak meminta atensi atau salam, ia berlabuh di ketiadaan.
Aroma kasturi bukan sekadar wewangian; ia hidup dalam cerita tentang masa lalu yang menolak dihapus, tentang angin yang setia menggendong bisik rahasia. Ia menyusup dari balik tirai keberadaan, menyusul mimpi yang berani mencumbui bayang-bayang. Kasturi bukan tentang wewangian yang ingin kau tunjukkan kepada orang-orang, melainkan harum yang mencatat kehadiranmu dalam senyap, dalam petikan napas yang hampir terlupakan. Tak ada manusia yang bisa dengan tepat mendefinisikan kasturi dan mungkin memang tak perlu.
Kasturi adalah pertemuan antara manis yang rawan dan pedih yang rahasia. Layaknya seorang pengelana, ia melintasi gurun tak berjejak, menemukan sisa-sisa dirinya pada batu karang yang sudah mati. Pernah ada yang bilang, "Hidup ini seperti aroma kasturi; ia bertahan hanya pada saat-saat tertentu, lalu hilang tak tersisa." Ah, tapi bukankah justru yang tak bertahan itu yang sering menghantui? Ada waktu-waktu ketika ingatan menciptakan aromanya sendiri, mengudara di antara getar-getar sunyi, tanpa izin, tanpa permisi.
Dalam hikayat yang terpendam, kasturi dianggap sakral, dipuja sebagai lambang keabadian yang tak pernah benar-benar ada. Hanya pada jiwa-jiwa yang bersedia diam, aroma ini hadir, sekilas, menggesek ujung kesadaran seperti nada terakhir pada lagu yang tak lagi ada dalam katalog dunia. Pada para sufi, kasturi hadir sebagai tanda; sebuah pesan tanpa kata, tanda baca tanpa kalimat.
Seperti segala yang istimewa, kasturi juga menghilang pada saat ia terlalu dicari. Ia tak pernah hadir pada yang terburu-buru, ia menolak berada di telapak tangan yang gatal ingin menggenggam. Kasturi memilih sendiri kepada siapa ia mempercayakan rahasianya, ia adalah bagian dari angin yang tak bisa kau tarik balik. Hanya mereka yang bersedia menunggu dalam hening yang disesaki ketidaktahuan, dalam jeda panjang yang bahkan tak bisa diukur dengan napas, akan dibiarkan mencium aromanya.
