Eksplorasi Tanpa Definisi | Runtahgila

Literasi di Indonesia



Di Indonesia, krisis literasi bukan hanya soal kemampuan membaca dan menulis. Lebih dari itu, ini menjadi cermin dari tantangan besar pendidikan di tengah pesatnya perkembangan digital yang seringkali tak diimbangi dengan akses dan pemahaman yang memadai. Berdasarkan data terbaru, skor Indonesia dalam Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 masih berada pada level rendah dalam tiga kompetensi utama: membaca, matematika, dan sains. Hanya sedikit siswa yang mampu menguasai keterampilan dasar, seperti memahami isi bacaan yang lebih kompleks atau membedakan fakta dari opini. Bahkan, hanya sekitar 20% siswa Indonesia yang berhasil menunjukkan kemampuan dasar ini, dibandingkan dengan 60% atau lebih di beberapa negara maju.

Kesenjangan dalam literasi digital menjadi isu penting. Ketimpangan akses terhadap teknologi adalah salah satu penyebab utama, terutama di daerah terpencil dan di kalangan keluarga berpendapatan rendah. Meski penggunaan teknologi di ruang kelas semakin diperluas, kurang dari setengah siswa Indonesia memiliki akses ke perangkat komputer dan internet di rumah untuk keperluan belajar. Padahal, keterampilan ini sangat dibutuhkan di era digital saat ini. Kurangnya akses ini tidak hanya menghambat pembelajaran akademik tetapi juga membuat banyak siswa kesulitan mengakses sumber informasi yang valid dan bertanggung jawab secara kritis.

Situasi ini diperburuk dengan minimnya fasilitas dasar di banyak sekolah, termasuk kekurangan listrik, air bersih, dan sanitasi yang memadai, terutama di wilayah-wilayah terpencil. Tantangan infrastruktur ini semakin mencerminkan ketidaksetaraan pendidikan yang dialami sebagian besar pelajar di Indonesia. Jika tidak segera diatasi, hal ini akan membuat pendidikan berkualitas hanya bisa dinikmati sebagian kecil kelompok masyarakat yang sudah diuntungkan secara ekonomi.

Mengatasi masalah ini memerlukan perubahan yang mendalam, tidak hanya di tingkat infrastruktur tetapi juga dalam kurikulum pendidikan. Penguatan kurikulum untuk mengintegrasikan keterampilan literasi digital, pemikiran kritis, dan kemampuan mengolah informasi dapat memberikan siswa pondasi yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan masa depan. Selain itu, investasi dalam sumber daya pendidikan, pelatihan guru untuk metode pengajaran berbasis teknologi, serta penyediaan infrastruktur yang lebih merata di seluruh pelosok negeri, menjadi langkah krusial untuk mempersempit kesenjangan yang ada.

Tentu saja, ini bukan perubahan yang dapat dilakukan dalam semalam. Tetapi, dengan langkah konkret dan kebijakan yang tepat, harapannya Indonesia bisa bergerak menuju masyarakat yang lebih melek literasi, baik literasi tradisional maupun digital. Ini akan membuka jalan bagi generasi muda yang mampu berpikir kritis, berdaya saing, dan siap untuk menghadapi tantangan global di masa depan.

Serpihan acak merayap di batas logika dan absurditas, paradoks pencatat kata, menggugat batas nalar dan rasa, eksplorasi tanpa definisi. Tanpa janji bahagia, juga bukan putus asa. Tak perlu jawaban, …

Post a Comment

runtahgila Welcome to WhatsApp
Howdy ?
Type here...