Rasa tak berujung menyelimuti
Angin mendesir tak ada malu
Hanya keheningan menggema
Menggulung dari dasar jurang
Hati membeku tenggelam tanpa jejak
Setiap detik, terasa lebih dari sekedar rasa
Daun-daun berguguran menari kehampaan
Meninggalkan pohon terdiam telanjang
Warna-warna memudar dalam kekosongan
Tak ada yang melihat saat bayang datang
Perih merambat menjalar meresap melalui celah atap
Mungkin sia-sia, tapi langkah harus dilangkah
Malam datang tanpa bintang
Langit pun merintih
Tiada kilau, tak ada cahaya
Hanya dingin disela-sela kesendirian
Tarian sunyi daun yang luruh
Di antara bayang tak berbentuk
Terselubung rindu yang tak terucap
Mengais jejak langkah yang tersisa
Terjebak dalam putaran waktu yang membeku
Suara hati tak pernah padam
Terus menggema dalam keremangan
Seperti harapan yang terlupakan
Masih mengintip dari balik tirai kegelapan
Dan meski embun tak lagi turun
Tanah tetap basah oleh luka-luka yang tak terlihat
Di sini, di mana dedaunan menari dalam kehampaan
Dunia mungkin berubah jadi kelabu
Namun tarian tak pernah benar-benar usai
Apakah abadi dalam sunyi yang meluruh
Tarian Daun yang Luruh
Serpihan acak merayap di batas logika dan absurditas, paradoks pencatat kata, menggugat batas nalar dan rasa, eksplorasi tanpa definisi. Tanpa janji bahagia, juga bukan putus asa. Tak perlu jawaban, …